Selamat malam—atau pagi, atau siang, atau sore—tergantung kapan kalian membaca ini!
Saat saya mengetik post ini sekarang, jam sedang menunjukkan pukul 22:37. Sebentar lagi sudah jam 11 malam.
Biasanya, semakin malam, semakin banyak hal yang saya pikirkan. Mungkin karena suasana malam itu tenang, jadi tidak ada pengganggu. Suara-suara yang saya dengar sekarang hanyalah suara jam dinding kamar saya berdetik dan suara hembusan angin yang keluar dari AC kamar saya. Suasana seperti ini sangat berbeda dengan suasana yang biasanya saya hadapi di sekolah. Di sekolah itu berisik. Sibuk. Saat guru mengajar di kelas yang keadaannya diam pun pasti ada saja yang melewati kelas sambil mengobrol atau tertawa semaunya. Tapi kini, saya sendirian di kamar. Tenang. Diam. Rasanya cukup aneh karena saya lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan tempat les dibandingkan di rumah.
But it's a nice change. It really is.
Di keadaan diam dan tenang seperti ini, masalah-masalah yang sebelumnya saya simpan dan pendam serasa kembali keluar. Menuntut untuk diselesaikan.
Sekarang saya menulis post ini sebagai seseorang yang selama ini selalu melepas tanggungjawabnya di lingkungan sekolah. Bukan, bukan tanggungjawab sebagai pelajar. Kita di sekolah bukan cuma untuk belajar, kan? Sekolah juga punya banyak ekskul dan forum-forum. Nah. Disitulah masalahnya. Di saat-saat seperti ini, saya bisa tenang dan memikirkan semuanya.
Dan apakah hasil pemikiran saya? Bukannya saya berhasil menemukan semua inti masalah-masalah saya. Saya sebenarnya tahu masalah saya itu dimana akarnya. Saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk meluruskan semuanya. Tapi kalau begitu, kenapa semuanya malah jadi menumpuk? Kenapa saya diam saja?
Karena saya tidak seberani itu. Saya tidak berani bicara! Memang memalukan, tapi memang seperti ini. Saya lebih suka diam. Menunggu sampai semuanya ditelan waktu. Jika saya masih bisa tidak peduli, maka saya tidak akan peduli!
Apakah menurut kalian saya salah? Apakah masalahnya akan selesai jika saya seperti ini? Kalian pasti beranggapan bahwa jawabannya adalah tidak. Tapi bagi saya, belum tentu.
Pastinya kalian juga pernah punya masalah di sekolah, kan? Masalah apapun itu. Masalah akademis, persahabatan. Mungkin kalian sedang bermasalah dengan kakak kelas. Mungkin teman-teman satu kelompok malah menyerahkan semua tugasnya ke tangan kalian sendiri. Mungkin kalian sudah belajar keras, tapi nilainya tetap tidak memuaskan.
Biasanya, kalau kita punya masalah, kita jadi bingung sendiri. Apa yang harus kita lakukan? Masalah-masalah itu akan terus terbayang-bayang di pikiran kita. Akhirnya kita malah merasa tertekan sendiri. Kalau masalah ini menyangkut seseorang dalam arti negatif, perasaan benci pada orang tersebut bahkan bisa muncul.
Tapi, sebenarnya apa sih masalah itu? Bagi saya, masalah itu sesuatu yang membuat saya merasa tidak nyaman. Sesuatu yang mengganggu ketenangan saya. Sesuatu yang mengganggu ketenangan orang-orang dekat saya. Sesuatu yang membuat saya merasa bersalah. Sesuatu yang membuat saya kesal atau marah.
Anggap saja ada A. A tidak sengaja menginjak kaki si B. A meminta maaf, tapi B menjawab "tidak masalah". Maka selesai. Hubungan A dan B baik-baik saja. Tidak ada yang terjadi, kan?
Tapi saat A tidak sengaja menginjak kaki C, C malah tersinggung dan marah. C merasa tidak nyaman. Baginya hal ini sebuah masalah. A juga merasa tersinggung karena menurutnya ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Disini, kedua belah pihak bermasalah. Hubungan diantara mereka jadi tidak baik.
Tapi, apa yang terjadi saat A tidak sengaja menginjak kaki D? D merasa kesal dan marah. Tapi A hanya meminta maaf. A tidak peduli apa yang D pikirkan. A sudah mengakui kalau ia bersalah telah menginjak kaki D dan meminta maaf, berarti urusannya dengan D selesai. Ia sudah melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Soal bagaimana D menanggapinya, ya itu urusan D sendiri. Sudah tidak ada kaitannya lagi dengan A. Akhirnya, A hanya senang-senang saja, sementara D malah jadi dendam sendiri.
Kalian mengerti apa yang saya maksud disini, kan?
Menyimpan masalah itu capek. Rasanya seperti memanggul beban berat.
Kesimpulannya, untuk kalian yang bermasalah sekarang, lakukanlah apa yang harus kalian lakukan! Kalian menyinggung orang lain? Minta maaf. Walaupun itu bukan salah kalian, tapi meminta-maaf tidak ada salahnya. Nanti orang yang sebenarnya salah pasti akan dapat bagiannya kok. Kalau yang salah memang kalian, akui. Jangan gengsi! Bilang kalau kalianlah yang salah. Orang-orang seperti ini sangat diapresiasi, kok. Jangan pakai alasan, jangan menyimpan dendam pada seseorang. Nanti kasihan, otak kalian sendiri yang capek.
Nilai kalian jelek dan bagi kalian itu masalah? Belajar! Nilai masih jelek? Jangan terlalu dipikirkan! Ayo buka pikiran kalian, cari cara belajar lain! Mungkin kalian tipe yang perlu bimbingan dalam belajar. Mungkin kalian tipe yang harus mendengar musik sebelum belajar. Coba terus! Kalian merasa kalau kalian sudah memberikan semua yang kalian bisa, tapi nilai masih belum memuaskan? Berarti hanya ada dua kemungkinan: kalian masih bisa lebih lagi, atau bidang kalian bukan di pelajaran itu. Jadi bidang kalian dimana? Bisa dilihat dari minat kalian! Minat pasti ada hubungannya dengan bakat.
Jangan terlalu membebani diri dengan ekspektasi nilai-nilai tinggi dari orang-orang di sekitar kalian. Ingat, yang penting itu proses. Hasil itu urusan belakangan. Orang rajin pasti bisa mengalahkan orang jenius.
Semua masalah itu simpel, kok. Kalian sendiri yang menarik benangnya kemana-mana, jadi cabangnya malah menyebar ke segala arah. Buka pikiran kalian. Inti semua masalah itu terlihat dengan sangat jelas. Mungkin kalian tidak menyadarinya. Atau mungkin kalian menyadarinya, tapi kalian pura-pura tidak tahu apa-apa karena kalian sudah terlalu terbutakan dengan keegoisan kalian sendiri.
Masalah tidak akan jadi masalah selama kalian tidak menganggapnya masalah! Bagaimana caranya agar kalian tidak menganggapnya masalah? Tangani sendiri, selalu lihat sisi positif di segala situasi.
Jadi, untuk kalian yang bermasalah. Kalian bebas menangani ‘masalah’ kalian sendiri. Tapi selalu ingat bahwa pasti semuanya ada sisi baiknya. Masalah itu cuma urusan perasaan, cuma ilusi yang pikiran kalian buat sendiri, tergantung bagaimana kalian melihatnya. Jadi lakukan saja bagian kalian sebisa mungkin. Jangan pernah membebani diri dengan hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan. Be happy.
...dan rupanya saat saya mau menutup post kali ini, sudah jam 23:35! Hampir satu jam. Saya sendiri tidak tahu apa yang saya tulis di atas. Saya hanya mengetik hal-hal pertama yang muncul di kepala saya. Saya selalu memikirkan hal-hal yang tidak biasanya muncul di pikiran saya kalau sudah menjelang tengah malam—mungkin semacam rambu-rambu dari otak yang menyuruh saya untuk segera tidur.
Sampai jumpa di post berikutnya, y’all!